Jumat Siang, Rupiah Menguat ke Posisi Rp 13.413/USD

Berita Forex Indonesia – Laju nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta Jumat (26/2)  pagi hingga siang bergerak menguat sebesar 13 poin menjadi Rp 13.400 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp 13.413 per dolar AS.  Harga minyak mentah dunia yang stabil dengan kecenderungan naik dalam beberapa hari terakhir berkontribusi positif ke mata uang rupiah terhadap dolar AS.

Terpantau, harga minyak mentah jenis WTI Crude pada Jumat (26/2) pagi ini, berada di level USD 32,88 per barel. Sementara minyak mentah jenis Brent Crude di posisi USD 34,94 per barel.  Positifnya harga minyak mentah dunia itu seiring dengan komentar pejabat Venezuela mengenai kemungkinan kebijakan stabilisasi harga pada pertemuan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada Maret mendatang.

Di sisi lain, laju dolar AS cenderung tertahan terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah setelah jumlah angka pengangguran di Amerika Serikat meningkat. Selain itu, proyeksi angka revisi produk domestik bruto (PDB) AS kuartal IV 2015 juga diperkirakan rendah.  Meski demikian, penguatan nilai tukar rupiah masih dibayangi oleh ketidakpastian dari intervensi pemerintah di sektor perbankan, sentimen itu belum sepenuhnya hilang.

Pelaku pasar juga seedang menanti data pertumbuhan tahunan uang beredar periode Januari 2016. Data itu penting mengingat korelasinya cukup kuat dan positif baik terhadap pertumbuhan kredit maupun pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia.  Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pemerintah, dan Bank Indonesia (BI) mendorong penurunan suku bunga kredit perbankan menjadi satu digit (single digit) atau di bawah 10% pada akhir tahun ini. Agar profitabilitasnya tetap terjaga, bank-bank akan diarahkan untuk lebih efisien.

Selain itu, perbankan bakal dipacu untuk menggenjot pendapatan berbasis komisi (fee based income), memperbesar volume penyaluran kredit, dan menghimpun lebih banyak dana murah.  Langkah yang akan ditempuh OJK antara lain memberikan berbagai insentif, di antaranya kemudahan membuka cabang dan perizinan produk kepada bank yang melakukan efisiensi, terutama menekan biayaoverhead. Sedangkan pemerintah akan meminta bunga maksimal 5% bagi dana pemerintah, BUMN, dan BUMD yang ditempatkan sebagai deposito di perbankan.

Sementara itu,  BI membuka peluang bagi penurunan BI rate dan giro wajib minim (GWM) primer ke depan, terutama jika variabel-variabel ekonomi mendukung arah penurunan suku bunga. Kecuali itu, BI meminta Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mempercepat penurunan suku bunga penjaminan simpanan.

Posted in Teknikal & Berita Forex.