Berita Forex Indonesia – Emiten perbankan, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJB) menargetkan membukukan pertumbuhan laba bersih 12% secara year on year (yoy) mencapai Rp 1,5 triliun pada 2016. Hingga akhir tahun lalu, BJB membukukan laba bersih Rp 1,38 triliun atau tumbuh 24,7% (yoy).
Sementara itu, Direktur Utama BJB Ahmad Irfan menuturkan, pertumbuhan laba tahun ini antara lain akan didorong oleh pertumbuhan kredit yang ditargetkan sekitar 13-15%. Target tersebut lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit BJB tahun lalu sebesar 12% (yoy) dengan total penyaluran kredit mencapai Rp 55,6 triliun. Pertumbuhan laba tahun ini tidak setinggi tahun lalu, karena memang kami mengantisipasi penurunan suku bunga kredit yang diharapkan bisa single digit.
Untuk diketahui, pada akhir tahun lalu, laba BJB tumbuh 24,7% (yoy) menjadi Rp 1,38 triliun. Per tumbuhan laba terutama didorong oleh penurunan beban tambahan biaya provisi sebesar 79,6% (yoy), dari Rp 663 miliar pada 2014 menjadi Rp 135 miliar pada tahun lalu. Sedangkan pendapatan operasional sebelum provisi (pre-provision operating profit/PPOP) turun 6% (yoy) dari Rp 1,99 triliun pada 2014 menjadi Rp 1,87 triliun. Beban provisi perseroan tahun lalu memang turun, karena NPL (non performing loan) kami pada akhir tahun lalu turun signifikan dari 4,1% pada 2014 menjadi 2,9% akhir 2015.
Menurut Irfan, perbaikan NPL antara lain dilakukan dengan memperbaiki bisnis pada segmen kredit yang memiliki NPL tinggi antara lain pada segmen mikro dan segmen KPR. pada akhir tahun lalu, NPL kredit mikro perseroan sebesar 22,7% atau sama dengan posisi NPL tahun 2014. Sedangkan NPL KPR akhir tahun lalu meningkat dari 5,1% pada 2014 menjadi 6,6%. Pada kedua segmen tersebut, pihaknya memilih untuk tidak tumbuh sementara waktu dan memperbaiki proses bisnis. Adapun pada tahun lalu, menurut dia, pihaknya juga telah melakukan klaim NPL terhadap perusahaan asuransi sebesar Rp 400 miliar, serta melakukan penjualan sebesar Rp 177 miliar.
Sebagai informasi, tahun lalu, pertumbuhan kredit perseroan terutama didorong oleh kredit segmen komersial yang tumbuh 35% (yoy) menjadi Rp 9,25 triliun, disusul oleh kredit konsumer yang tumbuh 13,8% (yoy). Adapun kredit pemilikan rumah (KPR) perseroan tumbuh hanya 1,4% (yoy) menjadi Rp 4,51 triliun, sedangkan segmen kredit mikro justru turun 26,1% (yoy) Rp 4,5 triliun. Tahun ini, pihaknya akan menjaga rasio NPL perseroan pada kondisi yang sehat sehingga tidak menekan beban provisi seperti pada 2014. Di sisi lain, menurut dia, kendati bunga kredit tahun ini akan didorong turun, margin bunga bersih perseroan diperkirakan akan berada pada kisaran yang sama seperti tahun lalu sebesar 6,3%, turun dibanding tahun 2014 sebesar 6,8%.
Adapun pada 2015, porsi dana murah perseroan berada pada kisaran 52,4%, turun dibandingkan 2014 yang tercatat sebesar 64,1%. Tahun lalu, BJB mencatatkan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 17,1% (yoy) menjadi Rp 67,61 triliun. Pertumbuhan DPK terutama didorong oleh pertumbuhan deposito rupiah yang tumbuh 56,7% (yoy) menjadi Rp 29,84 triliun. Kemudian tabungan tumbuh 14,9% (yoy) menjadi Rp 14,28 triliun.